Lezatnya Hakikat Cinta dan Dzikir

Bismillahi minal Awwali wal Akhiri. Allaahumma shalli 'ala sayyidina Muhammad. Allahumma shalli 'alaihi wa sallim wa adzhib hazana qalbiy fin dunya wal aakhirah.

Bismillahirrahmanirrahim.
Kaum Sufi melaksanakan dzikir dengan begitu asyik dan khusyu’nya karena merasakan keni’matan, kelezatan dan kemanisan. Dengan berdzikir, mereka merasa begitu dekat dengan Tuhannya (qurb), merasa tenang jiwanya, merasakan tidak ada sesuatupun bahkan dirinya kecuali Allah (fana), dan memperoleh ilmu pengetahuan yang hakiki (ma’rifat).

Abu Sa’id Al-Harraz r.a. berkata: “Apabila Allah Ta’ala hendak mengangkat seorang hambanya menjadi Wali dari hamba-hambanya yang lain, ia membuka kepadanya pintu dzikir, maka apabila ia merasa lezat berzikir, dibuka kepadanya ‘babul qurb’, kemudian diangkatnya ke Majlisul Uns (tenang bathin), kemudian ditempatkan dia di atas kursi Tauhid, kemudian diangkat daripadanya hijab (penutup) dan lalu dimasukkan dia ke dalam ‘darul fardaniyyah’, dan dibukakanlah kepadanya ‘Hijabul jalali wal’uzmati’. Apabila sampai pada ‘jalali wal’uzmati’, ia merasa tak ada lagi yang lain, hanya Huwa (Dia) Allah, maka takala itu seorang hamba berada dalam masa fana.”

Adapun kejauhan dan kedekatan seorang hamba dari Tuhannya bukanlah berarti kejauhan atau kedekatan tempat dan waktu, tetapi sesungguhnya kejauhan atau kedekatan itu semata-mata karena lupa atau ingat hati terhadap Allah.

Kejauhan itu lupa hati.
Kedekatan itu ingat hati.
Kejauhan itu hijab (tertutup).
Kedekatan itu kasyaf (terbuka).
Hijab itu gelap, Kasyaf itu Nur.
Gelap itu jahil, Nur itu Ma’rifat.

Rasulullah SAW bersabda: “Firman Allah Ta’ala, aku ini sebagaimana yang disangka oleh hambaku, Aku bersama dia apabila ia ingat kepadaKu, apabila ia mengingatKu dalam dirinya, Akupun ingat padanya dalam diriKu, dan apabila ia mengingatKu dalam ruang yang luas, aku pun ingat padanya dalam ruang yang lebih baik.” (Hadis Qudtsi diriwayatkan oleh Bukhari). “Guru Sufi berkata: “Hatimu sekarang bersama Tuhanmu dan Tuhanmu bersama engkau, tidak jauh dari engkau, Ia mendekatkan engkau kepadaNya, dan mengenalkan engkau denganNya.”

Orang yang menjalankan Thariqat-dzikir secara sungguh- sungguh tidak mempunyai rasa khawatir dalam menjalani hidup, tidak waswas dalam menjalankan sesuatu kebenaran, dan tidak berprasangka buruk terhadap orang lain. Hati mereka tenang, jiwa mereka tenteram. Firman Allah SWT: “… (yaitu) orang-orang yang beriman dan dan hati mereka menjadi tenteram dengan dzikrullah. Ingatlah hanya dengan dzikrullah hati menjadi tenang” (Ar-Ra’d 28). Dengan menjalankan Thariqat-dzikir dan latihan-latihan Thariqat, kaum Sufi merasakan kelezatan ibadah, merasakan makna- makna Qur’an yang mulia, dan Sunnah yang suci, yang belum tentu dapat dirasakan oleh orang-orang lainnya.

Sampai di tingkat tertentu orang yang ber-thariqat-dzikir merasakan seluruh alam dan dirinya hancur lebur masuk ke dalam Allah SWT. Pada saat ini orang tersebut berada dalam tingkat yang fana. Firman allah dalam Al-Qur’an Surat Ar-Rahman ayat 26-27: “Semua yang ada akan fana binasa, yang kekal adalah Tuhan sendiri yang Besar dan Maha Mulia.”

Dzikrullah itu dapat mengangkat seorang hamba yang mu’min dari bumi syahwat ke langit ma’rifat. Rasulullah SAW bersabda “Tidak ada seorangpun yang berkata Laa Ilaaha Illallah secara ikhlas dalam hatinya, kecuali Tuhan membukakan pintu langit sehingga ia bisa meninjau arasy.” Guru Sufi mengatakan: “dalam asma yang tertinggi, orang dapat meningkat ke langit (mencapai martabat yang tinggi).”


Zikir Akbar
Dalam tingkat ma’rifat ini hamba Allah dapat melihat segala yang ajaib dan yang aneh-aneh dan segala rahasia yang besar dan kaifiat yang agung serta hakikat. Imam Ghazali berkata: “Ma’rifat itu berada di atas semua jalan dan wasilah yang penting dan besar. Yang demikian itu adalah wasilah “Al-Kasyafful al-Bathini’ atau ‘Wasilatul Ilham ar-Ruhi’, yang membawa manusia kepada sifat-sifat yang baik, dan membersihkan hati serta menjauhkan diri dari cara berpikir orang-orang materialis.”

Manis dan lezatnya ibadah yang tiada tara akan terasa jika berlandaskan atas rasa cinta dan rindu. Imam Ali Zainal Abidin yang telah mencicipi manisnya cinta dan dzikir kepada Allah bermunajat:

Betapa sedapnya rasa cinta-Mu,
Betapa nikmatnya minum kedekatan (qurbah)-Mu. 
(Bihar Al-Anwar, 98:26)

Itulah manis dan lezatnya cinta yang menghiasi sanubari para kekasih Allah. Yang tidak mekar pada suatu waktu ataupun layu pada waktu yang lain. Jika lezatnya cinta Ilahi tertanam di hati seorang hamba, maka ia akan senantiasa memakmurkan hatinya untuk mengingat-Nya. Allah tidak akan menyiksa hamba yang memakmurkan hatinya dengan rasa cinta kepada-Nya, dan telah tertanam di dalamnya kelezatan cinta kepada-Nya.

Amirul Mukminin Imam Ali a.s. berkata :
Ilahi, Demi keagungan dan kemuliaan-Mu.
Sungguh aku mencintai-Mu
Hingga terasakan manisnya cinta-Mu di dalam kalbuku.
Tak pernah terbetik
Dalam hati orang yang mengesakan-Mu
Bahwa Engkau membenci
Orang-orang yang mencintai-Mu.
(Munajat Ahlul Bayt, hal. 96-97)

Imam Ali Zainal Abidin a.s. dalam suatu munajatnya mengungkapkan tentang suatu kondisi kemantapan hati yang telah diliputi cinta Ilahi :
Demi keagungan-Mu duhai Junjunganku,
Jika Engkau mengusirku,
Aku akan tetap berdiri di depan gerbang-Mu.
Aku tak akan berhenti merayu-Mu
Sampai aku mencapai titik puncak makrifat
Dengan kebaikan dan kemuliaanmu.
(Bihar al-Anwar, 98:85)

Itulah ungkapan paling mendalam akan rasa cinta yang bersemayam di hati. Kondisi semacam ini tidak akan hilang dan berubah dari hati seorang hamba meskipun dia diusir oleh tuannya, atau dari sisinya.

Bila seseorang telah tenggelam dalam lautan cinta Ilahi, maka tidak ada sesuatu pun yang mampu mempengaruhi kepribadiannya. Imam Ali Zainal Abidin a.s., penghulu para pecinta, dalam munajatnya:
Adakah orang yang  telah mencicipi manisnya cinta-Mu
Lalu menginginkan pengganti selain-Mu
Adakah orang yang telah bersanding di samping-Mu
Lalu ia mencari penukar selain-Mu
(Bihar al-Anwar 94:148)

Timbulnya perpecahan di antara sekte-sekte dan aliran-aliran disebabkan karena mereka tak pernah merasakan manisnya cinta kepada Allah. Adapun mereka yang mengetahui hakikat cinta kepada Allah tidak lagi mengharapkan atau dijauhkan sesuatu dalam kehidupan mereka.

Imam Husain bin Ali a.s. berkata :
Apakah gerangan yang diperoleh oleh orang
Yang telah kehilangan diri-Mu.
Masih adakah kekurangan bagi orang yang
Telah mendapatkan-Mu?

Imam Ali bin Husain a.s. memohon perlindungan dari segala kenikmatan selain dari kenikmatan cinta kepada Allah; dari segala kesibukan dengan mengingat-Nya; dari segala kegembiraan selain bersanding di sisi-Nya; walaupun hanya sedetik.

Segala sesuatu yang dilakukan oleh para kekasih Allah didasarkan atas cinta, dzikir, dan taat kepada-Nya. Semua hal selain itu dianggap sebagai penyimpangan dari jalan-Nya, yang perlu disertai dengan istighfar.

Imam Ali Zainal Abidin berkata :
Aku mohon ampun pada-Mu
Dari segala kelezatan tanpa mengingat-Mu
Dari setiap ketenangan tanpa mendekati-Mu
Dari setiap kesibukan tanpa menaati-Mu
Dari setiap kegembiraan tanpa menyertai-Mu.

Oleh: Syaikh Muhammad Mahdi Al-Ashify

  • Dzikir adalah intisari ilmu tasawwuf, yang diamalkan oleh setiap ahli thariqah. Jika telah terbuka pintu dzikir bagi seseorang, berarti telah terbuka baginya jalan menuju Allah. Barangsiapa telah menuju kepada Allah niscaya ia akan memperoleh semua yang dikehendakinya, karena khazanah Ilahi tidak akan berkurang sedikitpun.
  • Di hati manusia terdapat bagian yang tidak subur, dan dapat disuburkan dengan berdzikrullah. Apabila dzikir telah menguasai hati, maka yang menjadi subur bukan hati saja, bahkan menjadikan orang yang berdzikir itu hidup dengan sejahtera walaupun ia tidak berharta benda, ia kan menjadi mulia meskipun tidak berkeluarga, dan ia menjadi seorang penguasa meskipun ia tidak mempunyai kerajaan. Sebaliknya orang yang lalai dari berdzikir pasti akan hina walaupun ia berharta, memiliki kaum keluarga, dan kerajaan yang besar.
  • Dzikir dapat mengumpulkan kembali yang telah bercerai, dan menceraikan yang telah terkumpul, mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Yakni, hati manusia yang diliputi berbagai keraguan duka cita, dan kegelisahan, semuanya itu dapat dilenyapkan seluruhnya sehingga akan muncullah ketentraman dan ketenangan jiwa. Hati atau jiwa manusia yang dikuasai perbuatan keji akan dibersihkan. Dan manusia yang selalu digoda dan dikuasai oleh tentara syaithan akan diceraikan darinya, akhirat yang jauh akan didekatkan, dan dunia yang dekat akan dijauhkan dari jiwanya.
  • Dzikir menggerakkan hati manusia dari tidur dan menyadarkannya dari lalai. Selagi hati dan jiwa manusia tidak sadar, maka selama itulah ia mengalami kerugian demi kerugian.
  • Dzikir merupakan pohon yang setiap waktu menghasilkan buah ma’rifat. Menurut istilah para ulama tasawwuf ; pohon itu mendatangkan buah ahwal, dan maqamat. Semakin banyak berdzikir akar pohon itu akan semakin kokoh, semakin akarnya kokoh, pohon itu semakin banyak menghasilkan buah.
  • Dzikir mendekatkan kepada Dzat yang kepada-Nya ia berdzikir, sehingga orang yang berdzikir akan disertai oleh-Nya, sebagaimana diterangkan dalam al-Qur’an : “Sesungguhnya Allah SWT beserta orang-orang yang bertaqwa.” Diterangkan dalam sebuah hadits qudsi : “Aku (Allah) menyertai hamba-Ku selama ia mengingat-Ku.” Penyertaan Allah SWT yang dapat dicapai dengan berdzikir merupakan penyertaan yang tidak ada bandingnya. Hakikat penyertaan itu tidak mungkin dicatat dan tidak mungkin pula dapat dibicarakan. Kelezatannya benar-benar lezat dan arti kata yang sebenarnya, yang hanya dapat dirasakan oleh orang yang telah mencapainya. ‘Ya Allah, berikanlah kepadaku barang sedikit darinya.’
  • Dzikir seimbang dengan memerdekakan hamba, seimbang dengan membelanjakan harta, dan seimbang pula dengan berjuang di jalan Allah.
  • Dzikir merupakan sumber syukur. Barangsiapa yang tidak mengingat Allah, dia tidak dapat bersyukur kepada-Nya. Dalam sebuah hadits diberitakan bahwa Nabi Musa as pernah berkata kepada Allah, “Ya Allah, Engkau telah menganugerahkan kepadaku nikmat yang sangat banyak, maka tunjukkanlah kepadaku cara-cara bersyukur supaya aku senantiasa dapat bersyukur kepada-Mu.” Allah berfirman kepada Musa as, “Semakin banyak kamu berdzikir, maka semakin banyak engkau dapat bersyukur.”
  • Yang paling mulia diantara orang - orang yang bertaqwa di sisi Allah ialah orang yang senantiasa sibuk dengan berdzikir karena natijah taqwa adalah surga sedangakan natijah dzikir adalah penyertaan Allah SWT.
  • Di hati manusia terdapat semacam kekerasan yang tidah dapat berubah menjadi lembut melainkan dengan berdzikir.
  • Dzikir merupakan obat penyakit hati.
  • Dzikir merupakan sumber persahabatan dengan Allah, sebaliknya lalai merupakan sumber permusuhan dengan Allah.
  • Tidak ada sesuatu apapun yang dapat menambah nikmat Allah dan menyelamatkan dari adzab-Nya selain dzikrullah.
  • Allah SWT menurunkan rahmat-Nya kepada orang-orang yang berdzikir, dan para malaikat-Nya berdo’a untuk mereka.
  • Barangsiapa yang ingin menikmati surga, sedangkan ia masih berada di dunia, hendaklah ia menyertai majelis-majelis dzikir, karena majelis-majelis dzikir itu laksana taman-taman surga.
  • Majelis dzikir merupakan majelis para malaikat.
  • Allah SWT membangga-banggakan orang-orang yang berdzikir di hadapan para malaikat.
  • Barangsiapa senantiasa berdzikir, ia akan memasuki surga sambil tersenyum-senyum.
  • Semua amalan diwajibkan semata-mata karena dzikrullah.
  • Amalan yang paling utama adalah amalan yang disertai dengan berdzikir sebanyak-banyaknya. Puasa yang paling utama adalah puasa yang disertai dengan berdzikir sebanyak-banyaknya. Haji yang paling utama adalah haji yang disertai dengan berdzikir sebanyak-banyaknya. Demikian juga dengan jihad dan amalan-amalan lainnya.
  • Dzikir merupakan pengganti ibadah-ibadah nafilah, sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadits oleh Ahmad dari Abu Hurairoh ra. bahwa orang-orang fakir dari kaum Muhajirin telah datang, lalu mengadukan keadaan mereka kepada Rasulullah SAW dengan berkata ; “Ya Rasulullah, saudara kami yang berharta benda telah mencapat derajat yang setinggi-tingginya karena kekayaan mereka. Mereka sholat seperti kami sholat, mereka berpuasa seperti kami berpuasa. Tetapi karena kekayaannya, mereka telah melebihi kami dengan mengerjakan haji, umrah, jihad dan sebagainya. Sebagai jawaban, Rasulullah bersabda : “Mahukah kuberitahukan kepada kalian suatu amalan yang dapat mengejar amalan mereka dan dapat melebihi mereka, bahkan orang-orang tidak dapat melebihi kalian selagi mereka tidak beramal seperti kalian ?”Jawab mereka, “Beritahukanlah kepada kami Ya Rasulullah.” Rasulullah SAW bersabda : “Setiap selesai sholat bacalah oleh kalian, Subhaanallah-Alhamdulillah-Allahuakbar sebanyak 33 kali.” Setelah mengamalkan nasihat Rasulullah SAW tersebut, mereka datang lagi kepada Rasulullah SAW dan berkata, “Saudara-saudara kami yang kaya mendengar tentang apa yang kami lakukan, lalu mereka juga turut mengamalkannya.” Rasulullah SAW menjawab, “Itu adalah karunia dari Allah yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.”
  • Dzikir merupakan pendorong ibadah-ibadah lainnya. Dengan berdzikir sebanyak-banyaknya, maka ibadah-ibadah lainnya menjadi mudah dan menyenangkan, dan kelezatan ibadah itu dapat benar-benar dirasakan sehingga semua ibadah dapat dikerjakan dengan mudah dan ringan.
  • Dengan berdzikir, hal-hal yang berat akan menjadi ringan. Setiap kesukaran akan berubah menjadi mudah. Setiap beban akan menjadi ringan, dan semua bencana akan hilang.
  • Dzikir akan menghindarkan semua bentuk ketakutan dan kebimbangan. Dzikrullah mempunyai daya khusus untuk menciptakan ketentraman dan menghilangkan ketakutan. Ia mempunyai pengaruh istimewa, yakni dengan semakin banyak berdzikir maka akan semakin diperoleh ketentraman dan akan lenyap ketakutan.
  • Dzikir menimbulkan kekuatan dan tenaga istimewa pada manusia. Dengan kekuatan tersebut, pekerjaan-pekerjaan yang sulit dapat diselesaikan. Siti Fatimah r.ha. putri Rasulullah SAW, pernah mengadukan keadaannya kepada beliau, “Ya Rasulullah berikan kepadaku seorang hamba (pembantu) agar aku dapat menyelesaikan urusan-urusan rumah tangga. Rasulullah SAW bersabda, “Hendaklah engkau ucapkan Subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali, dan Allahuakbar 34 kali sebelum tidur pada malam hari.” Kemudian, Rasulullah SAW bersabda lagi, “Ini lebih baik bagimu daripada pembantu yang engkau minta itu.”
  • Pemberes urusan keakhiratan adalah saling mendahu lui antara satu dengan lainnya. Di dalam saling mendahului ini, yang nampak berada di depan adalah orang yang berdzikir. Diriwayatkan dari Umar Khadam Ghufrah, katanya “Apabila amal perbuatan manusia diberi pahala pada hari kiamat, maka sebagian besar manusia akan menyesal sambil berkata, “Alangkah baiknya jika kita dahulu memperbanyak amalan yang ringan dan sangat mudah, yaitu berdzikir.” Di dalam sebuah hadits diberitakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Mereka yang mufarrid telah mendahului.” Para sahabat bertanya, “Siapakah yang mufarrid Ya Rasulullah ?” Beliau menjawab, “Mereka yang mengingat Allah sebanyak-banyaknya, karena dzikir meringankan beban mereka.”
  • Allah SWT sendiri membenarkan dan memuji orang-orang yang berdzikir. Orang-orang yang dibenarkan oleh Allah SWT tidaklah akan dibangkitkan bersama-sama orang-orang yang dusta. Di dalam sebuah hadits disebutkan bahwa apabila seorang hamba mengucap kan Laa ilaaha illallah wallahuakbar maka Allah Swt berfirman, “Benar ucapan hamba-Ku, tiada Tuhan melainkan Aku, dan Akulah Yang Maha Besar.”
  • Dzikir menyebabkan terbangunnya rumah di surga. Apabila seorang hamba berhenti berdzikir, maka para malaikat berhenti membangun rumah tersebut. Apabila mereka ditanya, “Mengapa kamu berhenti membangun rumah itu ?” Mereka menjawab bahwa biayanya belum datang. Di dalam sebuah hadits lainnya disebutkan bahwa barangsiapa mengucapkan, Subhanallah wabihamdihi Subhanallahil’adhiim sebanyak tujuh kali niscaya akan membangun satu menara di surga untuknya.
  • Dzikir merupakan perisai atau penghalang dari neraka jahannam. Barangsiapa yang dimasukkan ke dalam neraka karena amal perbuatannya yang tidak baik, maka dzikirnya itu menjadi penghalang antara dirinya dengan neraka jahannam. Semakain banyak berdzikir, maka semakin kuatlah penghalang itu.
  • Para malaikat beristighfar untuk orang yang berdzikir. Amr bin “Ash ra. meriwayatkan bahwa apabila seorang hamba mengucapkan, “Subhanallahi wabihamdihi atau Alhamdulillahirabbil’aalamiin “ maka para malaikat berkata, “Ya Allah, ampunilah dia.”
  • Jika seorang berdzikir di atas sebuah gunung atau di tanah datar, maka tempat tersebut akan merasa bangga. Di dalam sebuah hadits diberitakan bahwa gunung-gunung tersebut saling bertanya adakah hari ini orang yang berdzikir lewat di atas mereka. Jika dijawab ya ada yang lewat, maka ia merasa gembira dan bangga.
  • Memperbanyak dzikir merupakan jalan untuk membebaskan diri dari kemunafikan. Menerangkan tanda kemunafikan, Allah SWT berfirman, “Mereka tidak mengingat Allah, melainkan hanya sedikit.”
  • Dibandingkan amalan-amalan lainnya, dzikir mempunyai kelezatan yang tidak dimiliki oleh amalan-amalan lainnya. Jika dzikir tidak mempunyai keutamaan selain kelezatan, ini saja sudah memadai. Malik bin Dinar ra. berkata bahwa seseorang tidak akan merasakan kelezatan apapun selain kelezatan berdzikir.
  • Di dunia, wajah orang yang berdzikir akan tampak gembira, dan akan nampak nur pada hari kiamat.
  • Barangsiapa mengingat Allah sebanyak-banyaknya ketika dalam perjalanan, ketika di rumah, dan ketika di kampung, maka ia akan mempunyai pembela yang sangat banyak di yaumil-hisab kelak.
  • Selain lidah sibuk berdzikir, selama itulah ia terpelihara dari bicara sia-sia, berdusta, ,mengumpat, dan sebagainya. Karena lidah memang tidak bisa diam, kalau ia tidak sibuk berdzikir, tentu ia akan sibuk dengan kesia-siaan. Demikian juga halnya ketika hati tidak sibuk mencintai Khaliq, tentu ia sibuk mencintai makhluk.
  • Syaithan merupakan musuh manusia yang nyata. Ia menjerumuskan manusia dalam kebimbangan dan kegelisahan dengan berbagai cara. Ia juga mengerumuni manusia dari berbagai penjuru. Orang yang keadaan sedemikian rupa, senantiasa berada di tengah-tengah lingkungan musuh yang selalu berusaha mencelakakannya. Maka, tidak ada jalan lain untuk mematahkan serangan musuh itu melainkan dengan dzikrullah.

Tidak ada komentar