Saat Ku Ucap Kata Tobat

Bismillahir-Rahmanir-Rahim
“Janganlah menjadi orang yang mengharap akhirat tanpa amal, dan menunda- nunda taubat karena angan-angan”. (Ali bin Abi Thalib)
Izinkan ku ucap kata taubat
Sebelum Kau memanggilku
kembali pada-Mu, menutup waktuku

Izinkan ku serukan nama-Mu
Sebelum nyawa dalam tubuhku
Kau ambil, kembali pada-MU

Merinding juga ya dengerin lagu religi terbaru dari ungu di atas. Meski iringan musiknya berisik, tapi liriknya dalem banget lho. Ngingetin kita akan kematian. Sebuah episode hidup yang terkadang kita males untuk ngebahasnya. Soalnya bikin hidup jadi salah tingkah. Gak tau deh. Kayanya perasaan takut bin ngeri suka mendadak hadir di hati kalo udah ngomongin soal kematian. Padahal mah, siap gak siap kontrak hidup kita di dunia tetep bakal kadaluarsa.

Kebanyakan dari kita sering ngerasa belum siap. Malah nggak pernah ngerasa siap kalo harus kopdar ama malaikat ijroil. Masih belum rela kalo harus cerai dari kehidupan dunia yang mempesona. Pisah dengan orang-orang tersayang. Atau kehilangan harta benda yang berharga. Tapi perasaan kita sebagai muslim tetep aja terusik kalo ada yang ngingetin tentang kehidupan akherat. Dan bisa aja semangat iman dan islam kita jadi terangkat. Pengen berubah menjadi muslim yang taat. Jauh dari perilaku maksiat. Dan akhirnya memutuskan untuk segera bertobat. Alhamdulillaah!


Sebener-benernya Tobat
Ketika pertama kali kata tobat terucap, pastinya nggak maen-maen dong. Tapi pengen bener-bener insyaf. Kembali ke jalan yang benar. Dan emang kaya gitu yang diminta Allah swt dalam firman-Nya:

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam sorga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersamanya, sedang cahaya mereka memancar di depan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan ‘Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu’”. (QS. At-Tahrim [66]: 8)

Tobat yang nggak maen-maen itu yang disebut Tobat Nasuha. Sebuah tekad yang kuat untuk menebus dosa-dosa di masa lalu dan berjanji nggak ada siaran ulang di masa medatang.

Rasulullah pernah ditanya oleh seorang sahabat, “Apakah penyesalan itu taubat?”, “Ya”, kata Rasulullah (H.R. Ibnu Majah). Amr bin Ala pernah mengatakan: “Taubat Nasuha adalah apabila kamu membenci perbuatan dosa sebagaimana kamu pernah mencintainya”. Kalo dosa atau kesalahan yang kita perbuat berhubungan dengan orang lain, kita mesti meminta maaf kepadanya dan mengembalikan haknya yang udah kita langgar.

Dulu ada seorang wanita dari suku Djuhainah yang telah hamil hasil perzinahan datang kepada Nabi saw. Ia mengakui perbuatannya dan minta Rasulullah menghukum dirinya sebagaimana Islam mengaturnya. Namun Rasulullah meminta kepada walinya agar menjaga wanita itu baik-baik hingga anaknya lahir. Setelah anaknya lahir, wanita itu dihukum rajam. Dan Rasulullah saw menyolatkannya. Umat berkata, ’Ya Rasulullah kau menyolatkannya padahal ia telah berzina’. Rasul saw menjawab, ’Ia telah tobat. Suatu tobat yang andaikan dibagi pada tujuh puluh orang penduduk Madinah niscaya masih cukup. Apakah ada orang yang lebih utama dari seseorang yang menyerahkan dirinya kepada hukum Allah?’ (HR. Muslim).

Pren, satu hal yang perlu kita inget kalo Allah swt sayang banget ama kita-kita yang mau bertobat. Nggak ada ceritanya kalo Allah swt menolak tobat hamba-Nya. Yang ada, pintu tobat selalu terbuka 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. Nggak pake libur weekend atau tanggal merah. Rasul saw bersabda:

“Sesungguhnya Allah membentangkan tangan rahmatNya pada waktu malam supaya bertobat orang yang telah melanggar pada siang hari. Juga mengulurkan tangan kemurahanNya pada waktu siang, supaya bertobat orang yang berdosa pada waktu malam. Keadaan itu tetap terus hingga matahari terbit dari Barat”. (HR. Muslim)

Nggak Selalu Mulus

Kita akui kalo ngejalanin sikap tobat nggak semulus jalan tol. Pastinya selalu ada kerikil plus lubang yang bikin perjalanan tobat kita nggak nyaman. Apalagi kalo orang-orang udah mengenal kita dengan track record jelek. Kayanya susah banget membersihkan nama baik. Ada aja yang meragukan keikhlasan tobat kita. Tapi kita nggak usah bete. Tetep aja jalan terus. Tobat must go on. Mau nggak mau, kita mesti siap dengan respon dari lingkungan sekitar.

Yup, bertobat bukan cuman urusan diri sendiri dengan Allah swt. Tapi sering berhubungan dengan orang lain. Terutama temen-temen senasib sepenanggungan ketika masih jahiliyah dulu. Bisa jadi mereka belum bisa terima perubahan sikap kita. Yang mendadak jadi sok alim bin bau syurga. Padahal dulu sama-sama jadi aktifis maksiat. Reaksi mereka pun beragam. Ada yang ngedukung, tapi tak sedikit yang menjauh. Kondisi ini yang sering jadi dilema. Pengen jauh dari perilaku maksiat, tapi enggan berpisah dari teman dekat dan sahabat.

Banyak temen-temen remaja yang ngalamin situasi ini. Ada diantara mereka yang memutuskan untuk berhenti jadi aktifis pacaran atau seks bebas. Tapi pasangannya nggak bisa terima. Malah sampe ada yang ngancam mau bunuh diri kalo hubungan cinta mereka harus terputus. Asli, emang berat banget ngadepin situasi ini. Bagi yang tegar, dia bakal berusaha jelasin kalo keputusannya untuk bertobat bukan sikap egois. Tapi untuk kebaikan bersama. Sebagai bentuk rasa cinta mendalam kepada pasangannya. Siapa sih yang tega ngeliat orang yang amat disayangnya, dibenci Allah swt gara-gara kita menyeretnya dalam pergaulan bebas. Betul?

Dalam kitab Riyadhus Shalihin dikisahkan, dulu ada seorang ’preman’ yang udah menghabisi sembilan puluh sembilan nyawa. Terus dia pengen tobat. Dia bertanya ama seorang pendeta, apakah masih ada jalan baginya untuk bertobat. Pendeta itu menjawab, nggak ada. Tanpa ba-bi-bu, pendeta itu pun dibunuhnya. Lengkap deh jadi pembunuh seratus jiwa.

Dia kemudian mengajukan pertanyaan yang sama pada seorang kiyai. Jawab kiyai, ya ada dan tidak ada yang bisa menghalanginya untuk bertobat. Lalu kiyai itu memintanya pergi ke sebuah dusun yang dihuni oleh orang-orang taat dalam beragama agar dia bisa mengikuti perilaku mereka dan jangan kembali ke negerinya. Dengan still yakin, ’preman’ itu berangkat menuju ke dusun yang ditunjukkan Kiyai. Namun sayang, di tengah perjalanan hidupnya mesti berakhir.

Lalu malaikat Rahmat dan malaikat Siksa berantem tentang nasib preman itu. Siapa yang berhak membawa ruhnya. Malaikat Rahmat bilang preman itu udah mau tobat nasuha, cuman belon kesampean aja. Tapi malaikat siksa ngotot kalo preman itu belon pernah berbuat kebaikan sama sekali. Akhirnya, diputuskan untuk mengukur jarak mana yang terdekat dari TKP alias tempat preman itu meninggal dunia. Ternyata, jarak ke arah dusun itu lebih dekat sejengkal. Lalu dipegang ruhnya oleh malaikat rahmat (diampuni dosanya). (HR. Bukhari-Muslim).

Nah pren, dari kisah di atas kita bisa ambil pelajaran kalo nggak ada yang bisa menghalangi kita untuk bertobat. Seburuk apapun reaksi dari lingkungan kita, bukan alasan untuk mundur teratur terus jatuh lagi ke dalam lumpur kemaksiatan. Waduh…nggak banget deh! Kalo nggak tahan, beli aja kapas buat nutup telinga kita dari suara-suara sumbang yang bisa meruntuhkan semangat kita dalam bertobat. Tapi kalo tahan, jadikan suara-suara sumbang itu sebagai pelecut semangat kita. Itung-itung cheerleader gratisan. Yang penting kita yakin kalo Allah swt pasti menerima tobat kita. Dan akan selalu terbuka jalan bagi kita untuk menjadi lebih taat pada-Nya. Okey?


Kita Pasti Bisa!
Menurut Imam Al Ghazali dalam kitab “Muqasysyafatul Qulub”, ada beberapa ciri yang menunjukkan tobat seseorang diterima, di antaranya:

Pertama, orang tersebut terlihat lebih bersih dan lebih terjaga dari perbuatan maksiat. Karena orang tobat menyadari akan pengawasan Allah swt dan malaikat raqib dan atid. Sehingga dia akan berusaha untuk lebih bisa menahan diri dari perbuatan dosa.

Kedua, dia selalu bergaul dengan orang-orang saleh dan mencari lingkungan yang baik pula untuk memelihara iman dan islam kita. Orang yang sudah bertobat, tapi masih kembali ke alamnya berarti dia belum sungguh-sungguh melakukan tobat. Lain urusannya kalo ia kembali ke alamnya dengan maksud untuk mengubah lingkungan itu. Itu baru keren.

Ketiga, kualitas amalnya semakin meningkat. Selain menahan diri dari perbuatan maksiat, dia juga semakin meningkatkan kualitas amal baiknya. Tak hanya yang wajib, yang sunnah pun dijabanin.
Keempat, dia senantiasa menjaga lidahnya. Dia punya kualitas pengendalian lisan dan pikiran yang baik. Lisannya selalu dibasahi dengan ayat-ayat suci dan amar makruf nahi munkar. Ingatannya selalu kembali kepada Allah.

Pren, sekedar ngingetin aja, kalo 10 hari kedua bulan Ramadhan merupakan masa maghfirah (ampunan). Seperti dijelaskan dalam sebuah hadis

“Ramadhan, awalnya Rahmah, pertengahannya Maghfirah, dan akhirnya dibebaskan dari api neraka” (H.R. Ibnu Huzaimah).

Makanya, kini saat bagi kita untuk sama-sama bertaubat. Dengan catatan, bukan tobat sambal yang cuman emosional lho ya. Tapi tobat nasuha yang mencerminkan ketakutan kita kepada Allah swt baik di tempat terang maupun di tempat tersembunyi. Dan untuk merawat tobat kita biar bisa masuk ciri-ciri di atas, jangan lupa untuk getol mengenal Islam lebih dalam. Sehingga keimanan kita tetep terjaga dan benteng akidah kita kokoh dalam menghadapi godaan setan. Jangan tunggu hari esok. Karena nggak akan ada sms pemberitahuan saat Allah swt ’memanggil’ kita, kembali pada-Nya…. Yuk ah!

Semoga Bermanfaat .

Tidak ada komentar