Nisfu Sya'ban Di Bulan Ramadhan

Warga muslim di Kota Madinatul Iman tadi malam melaksanakan ibadah Nisfu Sa’ban yakni salat berjamaah, membaca ayat suci Alquran dan saum. Ibadah itu dilaksanakan menyambut tibanya bulan suci Ramadan yang dilakukan di pertengahan bulan Sa’ban.

Ketua Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Kota Balikpapan, Drs H Samad Bullah menjelaskan, malam Nisfu Sa’ban merupakan malam yang dinantikan umat muslim sebagai pertanda semakin dekatnya bulan suci Ramadan.

“Nisfu itu adalah pertengahan, sekarang ada di bulan Saban jadi dikatakan ibadah Nisfu Saban. Malam ini (tadi malam, Red) merupakan malam yang sangat dimuliakan Allah SWT untuk beribadah jelang Ramadan,” ujar Samad-akrabnya disapa menjawab Post Metro malam tadi.

Dia memaparkan, sepanjang tahun terdapat lima keutamaan yang cukup istimewa di sisi Allah SWT yakni malam Jumat, malam Idul Fitri, malam Idul Adha, malam pertama bulan Rajab dan malam Nisfu (pertengahan) bulan Sa’ban.

Samad menguraikan, Rasulullah Muhammad SAW dalam sabdanya menerangkan keutamaan malam Nisfu Sa’ban, yang merupakan malam mustajabah atau malam yang dikabulkan oleh Allah SWT.

“Oleh sebab itu, kaum muslim kebanyakan meminta ampun dan bertobat kepada Allah SWT pada malam itu. Antara lain dengan banyak-banyak membaca istighfar serta lebih banyak lagi melakukan ibadah shalat,” jelas Samad.

Dalam kehidupan Rasulullah, baginda Muhammad SAW rajin melaksanakan ibadah pada hari-hari menjelang pertengahan bulan hijriyah yaitu tanggal 13, 14 dan 15 berturut-turut, tarmasuk bulan Saban. Dikatakannya pula, keutamaan malam Nisfu Sa’ban biasanya diikuti dengan pelaksanaan ibadah puasa pada siang harinya.

“Sebenarnya tidak ada salahnya kalau kaum muslim melaksanakan puasa pada bulan Saban, bukan hanya tanggal 15 atau pertengahannya saja, tetapi dilakukan sejak awal yaitu mulai tanggal 13 selama tiga hari berturut-turut,”


Nisfu Sya'ban: Cara lain menentukan Awal Ramadhan
Dalam tradisi ada yang disebut Nisfu Sya'ban, "separuh Sya'ban" atau juga pertengahannya yaitu hari kelima belas Sya'ban bulan kedelapan, yang sesudah 15 hari kemudiannya pasti berlaku tanggal satu Ramadhan. Dalam susunan kalender yang berdasarkan orbit Bulan senantiasa Sya'ban memiliki 30 hari.

Hal ini telah kita catatkan seperlunya. tampak penanggalan Ramadhan saja yang mempunyai jumlah hari berbeda, 29 pada tahun biasa dan 30 pada tahun kabisat.

Dengan pengetahuan tradisional demikian, mungkin juga sudah berlaku semenjak zaman Nabi Ibrahim atau juga pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad, maka setengah orang ada yang sengaja keluar rumah sewaktu maghrib pada tanggal 15 Sya'ban untuk memperhatikan status Bulan yang tampak terbit di ufuk timur.

Sekiranya Bulan terbit sebelum Surya terbenam di ufuk barat maka malam itu dan siang besoknya adalah tanggal 14 bulan itu. Tetapi ingatlah bahwa kejadian ini hanya wajar dan pernah jadi tradisi bagi penduduk daerah Torrid Zone atau di daerah panas sekitar Ekuator.

Tetapi ketika terbukti bahwa Bulan tampak terbit di ufuk timur sesudah Surya selesai terbenam di barat, maka malam itu dan siang besoknya adalah tanggal 15 Sya'ban dan 16 malam kemudian tentulah malam tanggal 1 Ramadhan. Itulah Rukyah wajar dan logis jika orang tidak memiliki kalender Qamariah jangka panjang.

Melihat atau Rukyah Bulan pada tanggal 15 Sya'ban wajar sekali dilaksanakan di semua tempat kediaman pada daerah Ekuator keliling Bumi untuk menentukan tanggal 1 Ramadhan 16 hari berikutnya, dan dapat dilakukan di sembarang keadaan cuaca kecuali jika angkasa diliputi mendung tebal.

Kiranya hal inilah yang patut dilakukan masyarakat Islam setiap tahun pada Nisfu Sya'ban, mereka tidak memerlukan biaya juga pejabat resmi, dan tidak pula usaha susah payah seperti yang dibutuhkan bagi Rukyah Hilal Bulan pada awal bulan Ramadhan. Walaupun Rukyah Nisfu Sya'ban tidak sesungguhnya tepat seluruhnya menurut perhitungan kalender tetapi halnya lebih benar dibanding dengan Rukyah Hilal.

Terjemahan keliru :
Ayat 2/185. …………………………………………
Barang siapa di antara kamu menjalani bulan itu hendaklah berpuasa selama itu…..

Ayat 2/185. …………………………………………
Barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu,
hendaklah dia berpuasa pada bulan itu.

Terjemahan wajar :
Ayat 2/185. ................................................
Siapa yang membuktikan dari kamu bulan itu, hendaklah mempuasakannya.

Walaupun pada ketiga terjemahan itu terdapat perbedaan yang banyak, namun yang diperbincangkan di sini hanyalah mengenai terjemahan istilah SYAHIDA dan SYAHRA.

Kedua macam istilah itu banyak ditemui dalam Alquran, SYAHIDA tercantum pada Ayat 2/185, 3/18, 3/86, 4/15, 6/19, 6/130, 6/150, 7/37, 12/26, 12/81, 21/61, 24/2, 24/8, 24/24, 27/32, 41/20, 43/19, 43/86, 46/10, 59/11, dan 65/2. Semuanya berarti “membuktikan” dan tidak satu juga yang diartikan dengan “menjalani” atau “hadir”. Bagaimana pula cara menterjemahkan dua kalimat syahadah jika SYAHIDA diartikan dengan itu hingga berupa “Aku menjalani (hadir) bahwa tiada Tuhan selain ALLAH.”

Jadi SYAHIDA haruslah diartikan dengan MEMBUKTIKAN yaitu pengakuan ilmiah bahwa Tuhan hanya ALLAH dan Muhammad Rasul-NYA sekali pun tidak pernah melihatnya.

Sejauh ini kita belum sampai pada sasaran tentang sebab-musabab adanya masyarakat yang melihat Hilal Ramadhan agar besoknya mulai berpuasa wajib. Mungkin ada orang yang memahami Ayat 2/185 tadi dengan “Siapa yang melihat dari kamu Bulan itu hendaklah mempuasakannya.

”Hal ini pun bersalahan dengan maksud Ayat Suci sebenarnya, karena yang dapat dilihat ialah MOON atau BULAN yang mengorbit di angkasa, dalam Alquran disebut dengan QAMAR, sedangkan yang tercantum pada Ayat 2/185 ialah istilah SYAHRA berarti “bulan” penanggalan yang tidak dapat dilihat dengan mata karena dia hanyalah nama dari sejumlah hari berkelompok jadi satu bagian dari duabelas bagian lainnya dalam setahun.

Istilah SYAHRU dapat dibaca pada Ayat 2/185, 4/92, 9/36, 34/12, dan 46/15.
Jadi, yang dimaksud pada Ayat 2/185 bukanlah melihat Bulan atau Hilalnya di ufuk barat waktu maghrib, tetapi mengetahui bulan penanggalan Ramadhan dan dapat membuktikan dengan perhitungannya, langsung menyatakan kepada masyarakat melalui berbagai media, lalu memulai ibadah puasa Ramadhan pada hari tanggal pertama dari bulan itu.

Tidak ada komentar